Salah satu yang perlu diketahui, penambahan tenaga ini identik sama dengan panas mesin, identik juga dengan kenaikan kompresi dan kenaikan kompresi inilah yang bisa mengakibatkan mesin menjadi berumur pendek.
Di awal kita sudah sempat mengulas sedikit gambaran tentang nitrous pada mesin. Berikut adalah mekanisme atau cara kerja dari sistem nitrous.
Cara yang paling umum untuk mengaktifkan sistem nitrous adalah melalui sistem otomatis yang bekerja melalui throttle position sensor (TPS sensor). Jadi nitrous akan aktif ketika mobil mencapai kisaran rpm tertentu.
Pengemudi akan menyalakan switch on untuk sistem nitrous agar aktif dan standby menunggu mesin mencapai rpm yang telah ditentukan. Biasanya switch ini dinyalakan pada gigi 2-3 keatas.
Setelah sistem nitrous sudah on dan mobil sudah mencapai kisaran rpm yang ditentukan, sensor nitrous akan mendapat sinyal dari TPS sensor. Lalu kemudian sensor nitrous akan memerintahkan selenoid nitrous serta selenoid fuel untuk switch on. Ini akan membuka aliran pasokan nitrous dan fuel kepada mesin.
Begitu nitrous keluar dari botol bertekanan tinggi. Wujudnya kemudian berubah menjadi gas karena nitrous keluar ke atmosfir normal. Ketika berubah menjadi gas tersebut, suhunya pun berubah turun menjadi -88,5°C.
Kalo korek gas pecah, gasnya terasa dingin bukan? Nah semacam itu. Hal ini juga membantu meningkatkan power mesin karena suhu yang dingin tersebut membuat udara bisa masuk lebih banyak ke dalam silinder mesin. Yang berarti kita bisa membakar lebih banyak bahan bakar.
Pada saat piston berkompresi, tekanannya akan menyebabkan suhu mesin naik dan memisahkan unsur nitrous (N2O) menjadi Nitrogen dan Oksigen.
Tambahan pasokan oksigen tersebut digabungkan dengan tambahan bahan bakar akan meningkatkan tekanan dan suhu ledakan di ruang bakar yang lebih besar lagi. Hal ini lah yang kemudian meningkatkan tenaga dari mesin.
Source: instagram/autoverso.media
Comments
Post a Comment